Hanya seorang Pemuda yang memiliki semangat tinggi untuk menggapai cita dan asa. Seorang Pemuda Pemimpin Perubahan yang mencita-citakan dapat menempuh pendidikan tinggi di Negeri Sakura dengan beasiswa S-2 bidang Social Work/Welfare/Policy atau Disaster Risk Management/Reduction. Tentu tidak hanya sekedar bermimpi, usaha itu masih terus dibangun dan diperjuangkan. Ibarat sadar akan beban berat yang akan disangga di kemudian hari, maka saat ini adalah waktunya untuk memperkuat pondasi ^_^
Saat ini baru saja mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (SST) dari STKS Bandung pada tanggal 17 September 2012 lalu, Jurusan Rehabilitasi Sosial angkatan 2008. Menjadi Staf Ahli Dewan Formatur FORKOMKASI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia) bidang Relasi Publik untuk masa bakti 2012-2013. Berusaha untuk konsisten di ladang dakwah dengan menjadi anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ITB dan sempat diamanahkan untuk menjadi Ketua Umum Badan Semi Otonom (BSO) KAMMI STKS Bandung sejak 08 April hingga 15 Oktober 2012. Selanjutnya, mengazamkan diri untuk berkarier di Disaster Risk Management (DRM) PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat).
Abd. Muhni Salam, seorang yang selalu ingin berbeda dalam menghadapi sesuatu. Dia adalah seorang putra asli Makassar, dari Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Lulusan 2009 di Kelas Binaan Takalar ini, menjadi jembatan pertama masuk di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial dengan banyak sekali ketidaksengajaan. Ketidaksengajaan ini yang membuatnya berbeda dan selalu ingin tampil beda.
STKS merupakan kampus yang tidak pernah diimpikan, kini menjadi kampus yang tak rela dilepaskan, karena “Anrinnimi Sarengku” sebuah ungkapan Makassar yang bermakna sangat dalam, “Di sinilah Masa Depanku”. Tak ada keinginan sedikit pun untuk mengenal STKS. Satu semester di STKS, tak pernah bangga kepada STKS, bahkan penyesalan yang muncul, sampai akhirnya menemukan bahwa STKS akan menjadi gate of Life saya, dan saya mengenal narasumber yang semuanya luar biasa ini.
Bams dilahirkan di Kota Batavia dan sekarang menginjak tingkat IV di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, angkatan 2009. Selama aktivitas di STKS, saya mencoba belajar mendirikan klub bahasa Jerman di bawah naungan UKM Bahasa dan hingga saat ini saya merasa enjoy dengan aktivitas di UKM Bahasa. Aktivitas di luar STKS, saya mencoba bertualang di organisasi Karisma ITB, Daarut Tauhid Deutsch Club, yayasan islam, hingga berwirausaha sekaligus menabung untuk beasiswa di benua Eropa.
Erna Dwi Susanti (Ern Hidayatul Ulya) lahir di Ngawi hari Selasa tanggal 12 Februari 1991. Memulai pendidikannya di TK Dharma Wanita, SDN Cangakan 2, SMPN 2 Padas hingga menuntaskan pendidikan menengah di SMAN 1 Ngawi pada tahun 2009. Berhijrah ke Bandung untuk menggapai pendidikan tingginya di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung hingga sekarang sampai di tingkat keempat jenjang diploma empat.
Di samping sebagai pemburu beasiswa pendidikan ke luar negeri ia juga mengaktifkan diri di beberapa organisasi mahasiswa (melanjutkan perjalanan organisasi yang ia emban semenjak SMP) kini ia mengaktifkan diri baik di intra ataupun ekstra, dengan membawa satu prinsip. Optimalisasi kesempatan, mumpung masih mahasiswa. BEM sampai tingkat akhir ia ikuti dengan bidang kesetiaan di Kementrian Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat selama 2 periode, LDK yang ia jadikan penyeimbang kehidupan dengan amanah sebagai Ketua Keputrian selama 2 periode, LSM Syamsi Dhuha Foundation dari tahun 2009 sampai sekarang, KARISMA ITB sebagai pejabat setia di KLC dari tahun 2009 sampai sekarang. KAMMI Daerah Bandung dari tahun 2010 sampai sekarang. Pendewasaan akan senantiasa mengalir dengan tempaan yang beragam.
Pun masih menjadi agenda juga, di mana tantangan menaklukan fase mengenali dan memahami diri, “siapa saya” masih menjadi bagian dalam perjalanan diri. Satu-satunya yang paling beharga dari diri ini adalah kesadaran. Kesadaran itulah yang mengantar pada kesungguhan mengenali hakikat adanya seorang “aku” dan medan fana di sini, yang (bagi saya) tak mudah karena kelemahan menjadi fitrahku. Berharap, kian mampu takluk pada nadir bernama ikhlas. Ikhlas dalam setiap langkah mengharap ridha Allah Subhahuwata’ala mengakar di lubuk. Menyikapinya? Belajar. Allah memberi kesempatan untuk kita terus memahami dan mempelajari sisi mana yang belum bijak kita sikapi (di hadapan-Nya). Maka, jika masih ada kesempatan belajar meski sulit, pun lelah, bahkan kadang bercurah air mata namun meyakininya bahwa berarti Allah ingin kita lulus adalah jawaban hakiki. Proses. Itu yang dicari. Terus berproses karena diri yang tidak sempurna. Dan tidak akan pernah sempurna. Aku dengan ketidaksempurnaan itu justru menjadi ladang yang sempurna untuk diperbaiki. Bismillah…
Di sini, Anisa Amalya (^^V). Kakak dari seorang adik, dan adik dari seorang kakak. Menginjak semester enam yang berkampus biru di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung. Dari kota ber-Monas diri berasal. Bergabung di LDK Kampus, Keluarga Mahasiswa Muslim (KMM), menjadi kegiatan ekstra selama berkampus biru.
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwah
Administrator Team 5 STKS Bandung
Komentar Terbaru